eSport, atau olahraga elektronik, telah berkembang dari kompetisi game kampus menjadi industri global bernilai miliaran dolar. Berawal dari turnamen Spacewar! tahun 1972, hingga era modern dengan turnamen besar seperti The International dan League of Legends Worlds.
Dimulai dari arcade dan LAN party, eSport berkembang lewat internet dan streaming, dengan era modern didominasi turnamen profesional, platform seperti Twitch, dan tim bersponsor besar.
Industri ini berkembang pesat dengan pendapatan dari sponsor, hak siar, dan merchandise. Negara seperti Korea Selatan, Tiongkok, dan AS mendominasi, bersama organisasi besar seperti T1, OG, dan Team Liquid.
Indonesia menjadi kekuatan eSport di Asia Tenggara, dengan tim-tim seperti EVOS dan RRQ. PBESI memfasilitasi regulasi dan pengembangan ekosistem lokal.
Mobile Legends, PUBG Mobile, Free Fire, Dota 2, League of Legends, CS:GO, dan Valorant adalah game yang mendominasi panggung eSport global saat ini.
Dari sistem liga dan turnamen, kualifikasi terbuka, hingga liga franchise, eSport mengadopsi format profesional layaknya olahraga konvensional.
Tidak hanya pemain, ada juga caster, pelatih, analis, content creator, manajer tim, hingga teknisi dan jurnalis yang menopang industri ini.
Pro player menghadapi latihan panjang, burnout, tekanan sosial, dan karier singkat. Keseimbangan mental dan fisik jadi faktor kunci.
Dari perangkat gaming, internet cepat, streaming platform, hingga AI dan VR—teknologi jadi fondasi utama tumbuhnya eSport.
Komunitas adalah nyawa eSport. Media sosial dan fanbase aktif membantu membangun brand dan menyebarkan konten secara viral.
Toxicity, cheating, match-fixing, diskriminasi gender, dan ketimpangan regulasi jadi tantangan yang harus dihadapi dengan serius.
Dengan teknologi, pendidikan, dan regulasi yang terus berkembang, eSport siap jadi bagian penting dari masa depan hiburan dan olahraga global.