Toxic behavior atau perilaku negatif adalah salah satu masalah terbesar di dunia eSport dan game kompetitif. Bentuknya bisa berupa trashtalk berlebihan, menghina lawan/tim, spam chat, hingga doxing pemain.
Dampak: Merusak mental pemain, membuat lingkungan tidak ramah, menjauhkan sponsor, dan mencoreng reputasi game/tim.
Penggunaan program ilegal seperti wallhack, aimbot, atau map hack. Umum ditemukan di game FPS, MOBA, hingga mobile.
Tim atau pemain sengaja kalah demi keuntungan taruhan ilegal.
eSport masih didominasi oleh laki-laki. Perempuan sering mendapat perlakuan tidak adil, pelecehan, dan diskriminasi kemampuan.
Tak semua pemain eSport hidup enak. Banyak yang:
Beberapa organisasi seperti PBESI sudah mulai mendorong regulasi dan perlindungan atlet eSport secara hukum.
Karena eSport adalah industri baru, banyak negara belum memiliki regulasi yang jelas terkait:
Beberapa publisher dianggap terlalu agresif dalam monetisasi. Item berbayar bisa memengaruhi keseimbangan kompetitif.
eSport sangat bergantung pada pemilik game. Jika publisher berhenti mendukung, kompetisinya bisa langsung mati.
Banyak penonton eSport masih remaja. Maka industri harus memikirkan:
Industri eSport tidak lepas dari tantangan. Mulai dari masalah perilaku, etika, hukum, hingga kesenjangan gender. Tapi dengan kesadaran komunitas, regulasi yang lebih baik, dan dukungan semua pihak, eSport bisa berkembang lebih sehat, inklusif, dan profesional.