Dalam dua dekade terakhir, industri eSport telah mengalami pertumbuhan yang sangat signifikan dan menjelma menjadi industri global dengan valuasi miliaran dolar. Menurut laporan dari Newzoo dan Statista, nilai pasar industri eSport global mencapai lebih dari USD 1,4 miliar pada tahun 2023, dengan proyeksi pertumbuhan mencapai lebih dari USD 2 miliar pada tahun 2025.
Sumber pendapatan utama industri ini berasal dari:
Pertumbuhan pesat ini tak lepas dari masifnya jumlah penonton eSport secara global. Pada tahun 2023 saja, jumlah penonton eSport aktif diperkirakan mencapai lebih dari 530 juta orang di seluruh dunia, termasuk penonton kasual dan hardcore fans yang rutin mengikuti turnamen besar.
Tidak semua negara berada pada level yang sama dalam hal perkembangan eSport. Beberapa negara telah menjadikan eSport sebagai industri nasional yang terorganisir dan bahkan didukung secara hukum. Berikut adalah negara-negara yang memimpin dalam industri eSport:
Korea Selatan dianggap sebagai pelopor eSport modern. Pemerintah setempat telah lama mengakui eSport sebagai cabang olahraga resmi dan membentuk organisasi seperti Korea e-Sports Association (KeSPA). Game seperti StarCraft, League of Legends, dan Overwatch sangat populer di negara ini. Infrastruktur eSport di Korea Selatan sangat matang, dengan pelatihan pemain profesional, regulasi kompetisi, dan dukungan sponsor besar.
Tiongkok adalah salah satu pasar eSport terbesar di dunia, baik dari segi jumlah pemain maupun penonton. Negara ini memiliki banyak organisasi profesional dan menjadi tuan rumah turnamen besar seperti Honor of Kings World Champion Cup dan League of Legends World Championship. Pemerintah Tiongkok juga mengakui eSport sebagai bagian dari ekonomi kreatif dan telah membangun kota-kota eSport seperti Hangzhou dan Shanghai.
Sebagai pusat industri hiburan dan teknologi global, AS memegang peran penting dalam pendanaan, produksi konten, dan penyelenggaraan turnamen besar seperti Call of Duty League dan Overwatch League. Banyak perusahaan teknologi raksasa seperti Microsoft, Amazon, dan Google ikut terlibat dalam pengembangan infrastruktur eSport di negeri ini.
Kedua negara ini memimpin eSport di Eropa. Jerman menjadi markas bagi ESL (Electronic Sports League), salah satu penyelenggara turnamen terbesar di dunia. Swedia, dengan dukungan kuat dari komunitas PC gaming, telah menghasilkan banyak pemain dan tim profesional.
Negara-negara seperti Indonesia, Filipina, Vietnam, dan Thailand mulai mengejar ketertinggalan dengan cepat, terutama di ranah eSport mobile. Game seperti Mobile Legends dan Free Fire menjadi sangat populer, dan turnamen lokal memiliki jumlah penonton yang mengesankan.
Organisasi | Asal Negara | Game Populer | Capaian Utama |
---|---|---|---|
Team Liquid | Belanda/AS | Dota 2, CS:GO, LoL | Juara The International 2017 |
T1 (ex-SK Telecom T1) | Korea Selatan | League of Legends | Juara LoL Worlds 3x |
OG | Eropa | Dota 2 | Juara The International 2x |
Fnatic | Inggris | CS:GO, LoL, Valorant | Dominasi CS:GO dan LoL Eropa |
EVOS Esports | Indonesia | MLBB, Free Fire | Juara M1 MLBB, tim mobile terkemuka |
Selain organisasi tim, perusahaan game (publisher) juga memegang peran penting dalam industri ini. Mereka bukan hanya pembuat game, tetapi juga penyelenggara liga, pemilik hak siar, dan penentu arah kompetisi.
Industri eSport global kini memiliki infrastruktur profesional yang mencakup:
Investasi dari perusahaan modal ventura dan konglomerat juga semakin sering terjadi. Banyak tim eSport yang mendapatkan pendanaan jutaan dolar untuk mengembangkan operasional, membangun akademi, dan memperluas pasar.
Industri eSport global adalah ekosistem yang sangat luas dan kompleks, dengan aktor-aktor besar dari berbagai sektor: pemain profesional, organisasi tim, publisher game, sponsor, media, dan penggemar. Dominasi negara-negara seperti Korea Selatan, Tiongkok, dan Amerika Serikat membuktikan bahwa eSport bukan sekadar tren sesaat, melainkan industri global dengan masa depan yang solid.